Buah kenari memiliki peran besar dalam kehidupan masyarakat di Desa Suma, Pulau Makian, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Provinsi Maluku Utara (Malut). Disamping untuk pemanfaatan sebagai bahan pangan, komoditas ini juga jadi sumber pendapatan masyarakat setempat lewat produk olahan. Salah satunya yang paling terkenal adalah Halua Kenari.
Ternate, SALOI.ID
Camilan khas masyarakat Maluku Utara itu memang banyak dibuat warga Pulau Makian. Salah satunya bisa dijumpai di Desa Suma. Desa yang berbatasan dengan Desa Sangapati dan Desa Ploli itu bisa disebut sentra produksi halua kenari terbanyak di Maluku Utara.
Maklum, selain banyak pohon kenari yang tumbuh subur, Halua Kenari juga menjadi usaha rumahan sebagian besar warga setempat.
Warisan Usaha Turun Temurun
Halua Kenari bisa disebut salah satu camilan tradisional Maluku Utara yang masih eksis di tengah gempuran aneka produk masa kini.
Secara histori, meski tidak diketahui pasti kapan pertama kalinya kenari diolah menjadi halua. Namun, camilan yang digemari lintas generasi ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 70-an.
Hal itu diutarakan Salma Safi (51), salah warga Suma yang memilih meneruskan usaha Halua Kenari warisan orang tuanya.
Salma yang memulai usaha Halua Kenari pada tahun 2000an itu menceritakan, bahwa camilan ini sudah dibuat orang tuanya pada tahun 80-an..
“Sekitar pada tahun 1984 waktu kami masih SD, orang tua kami sudah mulai membuat halua kenari dan alat yang digunakan pun masih sangat sederhana,” katanya.
Hidup di lingkungan keluarga yang sehari-hari bergelut dengan Halua Kenari, Salma pun memilih meneruskan usaha orang tuanya itu.
Apalagi, dia juga mendapat warisan pohon kenari yang tubuh subur di kebun milik keluarga yang tak jauh dari rumah.
Dari pohon kenari peninggalan orang tuanya itu, Salma punya stok buah kenari yang melimpah.
Dibantu anaknya Suryadi (23 tahun), Salma pun tak kesulitan memetik buah kenari di kebun yang berjarak hanya 500 meter dari rumah. Sang anak memang piawai dalam memanjat pohon kenari yang berukuran besar.
“Buah kenari yang sudah tua (matang) itu harus pete (petik) semuanya tanpa sisa. Apabila tidak, maka pengaruhnya jumlah buah akan berkurang pada saat panen di musim berikutnya,” terang Salma seraya menambahkan pada saat musim panen, satu pohon bisa menghasilkan 5-6 karung buah kenari.