Mengapa Budidaya Ikan?
Sebagai provinsi kepulauan, Maluku Utara menyimpan potensi luar biasa dalam sektor perikanan, khususnya budidaya. Luas wilayah lautnya mencapai lebih dari 70 persen dari total wilayah, namun kontribusi budidaya perikanan terhadap ekonomi lokal masih belum optimal. Di banyak desa, kolam dan tambak potensial justru terbengkalai.
Alasan utama mengapa budidaya ikan layak menjadi program unggulan desa: Pertama, budidaya ikan terbukti efisien dan adaptif. Tidak membutuhkan lahan luas seperti pertanian padi, dan bisa diintegrasikan dengan sistem terkontrol seperti bioflok, kolam terpal, hingga tambak semi-intensif. Teknologi ini bisa diterapkan bahkan di desa dengan keterbatasan lahan atau air sekalipun.

Kedua, sektor ini sangat potensial menyerap tenaga kerja dan menciptakan ekonomi sirkular. Limbah ikan bisa dimanfaatkan menjadi pupuk, sistem integrasi ikan-sayur bisa menekan biaya pakan, dan pemasaran langsung oleh BUM Desa bisa memotong rantai distribusi yang selama ini menyulitkan petani kecil.
Ketiga, budidaya ikan membantu memperkuat diversifikasi pangan. Ikan bukan hanya sumber protein hewani, tetapi juga pangan strategis untuk menurunkan stunting. Di banyak wilayah Indonesia Timur, angka stunting masih tinggi bukan karena masyarakat tidak makan, tetapi karena kurangnya akses protein berkualitas.
Keempat, menjawab tantangan gizi dan stunting. Menurut data Kementerian Kesehatan, tingginya angka stunting di Indonesia Timur salah satunya disebabkan rendahnya konsumsi protein hewani. Ikan adalah solusi lokal yang tersedia, bergizi tinggi, dan bisa diakses oleh masyarakat jika produksinya meningkat.
Namun, agar gerakan ini berkelanjutan, dibutuhkan sistem pendukung yang kuat: pelatihan teknis, pendampingan usaha, akses modal, dan pasar. Pemerintah provinsi dan kabupaten harus menyambut inisiatif desa dengan kebijakan yang berpihak dan terintegrasi. Dunia pendidikan pun mesti mengambil bagian – mendesain riset terapan dan program pengabdian yang menyentuh kebutuhan desa.