Memulai dari Desa: Budidaya Ikan sebagai Pilar Ketahanan Pangan

desa
Ilustrasi tambak desa. (Foto: pixabay.com)

Tulisan ini adalah catatan atas salah satu momen penting dalam perjalanan tersebut. Panen bandeng di Desa Todowongi, yang menjadi simbol dan sekaligus titik tolak dari visi besar: Menjadikan desa sebagai pilar utama ketahanan pangan dan kedaulatan ekonomi lokal.

Dari sinilah narasi baru pembangunan Maluku Utara dimulai dari desa. Dari tambak, dari tangan-tangan petani dan nelayan yang selama ini bekerja dalam senyap. Sebuah arah baru pembangunan yang lebih berakar pada ketahanan pangan berbasis desa.

Kehadiran Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos, dalam panen tersebut bukan sekadar simbolis. Ia membawa pesan kuat yang patut dicatat seluruh pemangku kepentingan. Desa harus menjadi pusat kemandirian dan kekuatan pangan daerah. Dan langkah itu dimulai dengan keberanian menggunakan dana desa secara produktif, seperti yang dilakukan Kepala Desa Mancelina Lobby.

Ketika Gubernur Sherly mengatakan, “Saya suka yang seperti ini. Saya kasih bantuan kalau panennya berhasil,” itu bukan sekadar pujian. Itu penegasan bahwa keberhasilan harus dibuktikan lewat kerja keras dan hasil nyata. Ini juga menandai pendekatan pembangunan yang lebih berbasis kinerja dan keberlanjutan, bukan janji-janji politik tanpa fondasi.

Prof. Ir. Dwi Andreas Santosa, pakar ketahanan pangan IPB, menyatakan bahwa “Pembangunan ketahanan pangan sejatinya dimulai dari wilayah yang paling dekat dengan sumber daya lokal yaitu desa. Bila desa kuat secara pangan, maka negara juga akan kuat.” Ini sejalan dengan strategi Gubernur Sherly Laos yang mengedepankan potensi desa, bukan proyek-proyek besar yang tidak berpijak pada realitas lokal.

Baca pula:  Membangun dari Desa: Mengangkat Akar, Menguatkan Bangsa

Lebih menarik lagi, Sherly Laos berkomitmen untuk menghibahkan aset-aset Pemprov yang tidak aktif kepada desa melalui kabupaten, agar dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. Ini adalah langkah strategis; bukan hanya memperluas akses, tetapi juga mendesentralisasikan pembangunan ekonomi.

Dalam konteks budidaya ikan, Prof. Rokhmin Dahuri, guru besar Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB dan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, pernah menegaskan bahwa “Usaha budidaya perikanan di pedesaan bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru jika dikelola secara terpadu dan berkelanjutan.” Desa Todowongi telah membuktikan bahwa pernyataan ini bukan sekadar teori.

Sebagai akademisi dan penggiat perikanan, saya melihat ini sebagai momentum penting. Sudah saatnya desa-desa di Maluku Utara tidak hanya menjadi objek program, tetapi aktor utama dalam membangun masa depan pangan daerah. Budidaya perikanan, seperti tambak bandeng di Todowongi, adalah contoh konkret bagaimana desa bisa produktif, mandiri, dan inovatif.

WhatsApp Channel SALOI.ID