Memulai dari Desa: Budidaya Ikan sebagai Pilar Ketahanan Pangan

desa
Ilustrasi tambak desa. (Foto: pixabay.com)

Sebuah Catatan Kritis Perjalanan Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos di Desa-desa Pesisir

Ketahanan pangan bukanlah proyek, melainkan gerakan. Dan setiap gerakan besar, seperti sejarah kita buktikan, selalu dimulai dari tempat-tempat yang tak diperhitungkan dan sering dilupakan.

Pub Medsos 18 1
Asmar Hi. Daud
Akademisi

“Mulai dari desa, kita bangun ketahanan pangan,” demikian ujar Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos, dalam setiap kesempatan berbicara tentang pentingnya pemberdayaan desa-desa pesisir.

Kalimat sederhana itu menggambarkan komitmennya terhadap sebuah visi besar: menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi lokal. 

Di tengah arus besar pembangunan nasional yang kerap berfokus pada industrialisasi dan eksploitasi sumber daya alam berskala besar, suara-suara dari desa acapkali tenggelam.

Padahal, justru di desa-desa itulah denyut kehidupan nyata berlangsung di ladang, di tambak, di laut, dan di pasar-pasar kecil yang menopang kebutuhan harian masyarakat. Ketahanan pangan, sebagai isu strategis dan mendesak, menemukan wajah nyatanya di ruang-ruang lokal ini.

Sayangnya, pembangunan desa kerap berjalan terseok atau bahkan terabaikan, kalah gaung oleh proyek-proyek raksasa yang jarang menyentuh kebutuhan mendasar warga.

Refleksi ini menjadi penting ketika seorang kepala daerah seperti Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos, memilih untuk memulai langkah-langkah strategis pembangunan dari desa. Ia menelusuri pesisir, mendatangi masyarakat, dan mendengar langsung denyut harapan warga di garis depan. 

Perjalanan ini bukan sekadar kunjungan kerja, melainkan sebuah pergeseran paradigma bahwa kekuatan Maluku Utara tidak semata terletak pada tambang dan investasi besar, melainkan pada ikan, tanah, dan manusia desa yang merawatnya.

Baca pula:  Desa, Laut dan Harapan: Membangun Kemandirian Pesisir Maluku Utara
WhatsApp Channel SALOI.ID